Senin, 24 November 2014

23 Maret
Aku sudah mengenalnya sejak lama, bahkan saat aku berusia tiga tahun kami sudah bersama. Aku dan dia baru menjalani persahabatan yang benar-benar nyata setelah kami duduk di bangku kelas tiga SD. Bersahabat itu sangat menyenangkan, serta menciptakan kenangan yang indah. Di dalam persahabatan aku mendapatkan sesuatu hal yang tidak mungkin aku dapatkan di pembelajaran sekolah.
***
Sahabatku bernama Lana. Menurutku Lana adalah sosok seorang sahabat yang baik, perhatian serta rajin. Lana sangat perhatian kepadaku, terkadang perhatian yang Lana berikan kepadaku membuatku kesal. “ Memang sih aku orangnya ceroboh dan kurang memperhatikan diriku sendiri ”, Tapi aku sangat bangga memiliki seseorang sahabat seperti Lana yang perhatian kepadaku. Aku dan Lana bersekolah di sekolah yang sama, bahkan dari kelas satu kami duduk sebangku. Hari-hari kami selalu bersama, belajar bersama, main bersama, bahkan tidurpun kami sering bersama.
***
            01 Juli 2010, kami pulang dari sekolah dengan baju telah dicoret-coret dan membawa selembar kertas yang bertuliskan “ Aku lulus ”. sambil menuju jalan pulang, Aku dan Lana berbincang-bincang membicarakan tentang sekolah selanjutnya. Aku dan Lana sangat senang karena kami akan melanjutkan sekolah di sekolah yang kami impikan dari dulu. Namun, semangat itu menghilang setelah ayahku berkata aku akan di sekolahkan di sekolah yang jauh dari rumahku. Perkataan ayahku membuat aku sangat sedih, karena  bukan hanya berbeda sekolah melainkan aku juga harus pindah rumah.
***
            Kini aku sudah pindah rumah, hari demi hari aku hidup tanpa seseorang teman pun. Biasanya aku selalu ceria, kini aku seperti seseorang yang memiliki kekurangan. Ya aku kekurangan seorang sahabat terbaikku. Aku dan Lana putus lost contact dari seminggu setelah aku pindah. Hal itu membuatku sangat kecewa kepada diriku sendiri.
***
            Aku semakin rindu sama Lana, hari ini aku berniat untuk bersilahturahmi ke rumah Lana. Sesampainya aku di depan rumah Lana, aku melihat sesuatu yang mengganjal. Rumahnya kosong tak berpenghuni, di dalam pikiranku  mungkin Lana dan keluarganya sedang berlibur. Akhirnya aku pulang dengan belum terobatinya rasa kangen pada Lana. Dua minggu setelah hari itu, aku kembali mendatangi rumah Lana. Masih sama seperti dua minggu yang lalu, Lana dan keluarganya tidak terlihat di rumah itu.
***
Aku akhirnya mencari tahu mengapa rumah mereka tidak berpenghuni. Aku mendapat kabar dari Martin, temanku yang rumahnya tak jauh dari rumah Lana, bahwa Lana dan keluarganya pindah sudah satu bulan yang lalu. Akhirnya kini aku benar-benar lost contact sama Lana. Kerinduanku padanya belum juga terbayarkan hingga kini.
***
Aku tidak pernah menyerah untuk mencari kabar tentang Lana. Bulan demi bulan telah berlalu, kerinduanku semakin bertambah. Empat bulan setelah itu aku sempat mendapat kabar dari Martin, bahwa Lana pernah datang bersama keluargannya di rumah lama mereka. Ternyata rumah Lana kini telah dijual kepada keluarga Martin. Mendengar kabar itu, semangatku bangkit kembali untuk mencari tahu keberadaan Lana.
***
            Minggu 24 Maret 2013, aku mendapat kabar buruk tentang Lana. Lana mengalami kecelakaan di halte sekolah SD kami dulu. Aku tidak percaya tentang kabar itu, menurutku Martin berkata itu karena kesal kepadaku  yang selalu menanyakan soal Lana kepadanya. Aku kemudian mencari nomor keluarganya yang bisa untuk di hubungi. Akhirnya aku mendapatkan nomor telepon adik Lana setelah satu minggu kabar duka itu berlalu.
***
“Halo.. ini Ramos ? “
“Iya saya Ramos, ada apa ya kak ? ”
“Boleh gak, kakak bicara sama Lana ? ”
“ Hem… kak… Lananya u..da gak ada kak ”, dengan nada sedih.
“ Kemana ? ”, dengan perasaanku yang belum percaya tentang kabar yang ku terima dari Martin .
“ Kak Lananya.. Me.. me.. ninggal kak ”, dengan nada suara yang pelan.
“ Jadi itu semua benar ? Kapan hal duka itu terjadi? “, perasaanku berubah dengan seketika menjadi lemah  saat mendengar jawaban Ramos, adik dari Lana. Telepon pun aku putuskan.
***
            Aku mencari hari libur sekolah, untuk menanyakan apa yang membuat Lana bisa pergi secepat itu. Akupun mengunjungi rumah barunya dua hari setelah aku menelpon Ramos. Ternyata lana meninggal ditabrak oleh pemuda yang mabuk halte. Ibu Lana menceritakan kepadaku bahwa Lana sangat merindukanku. Lana sering kali mengajak ibunya untuk mencari rumah baruku. Namun, karena kesibukannya, ibu Lana tak bisa mencari rumahku.
***
Lana sempat sakit beberapa hari karena seharian penuh ia mencari alamat baruku. Hari itu 24 Maret 2013 Lana menungguku di halte sekolah SD ku dulu. Sebelum Lana pergi ia sempat meminta izin pada ibunya, bahwa ia bermimpi bertemuku dan aku mengajak ia berjumpa di halte sekolah SD kami dulu. Lana kemudian pergi menunggu ku di halte namun aku tidak kunjung datang. Lalu Lana mengirimkan pesan singkat kepada ibunya “ Ma.. jika sahabatku datang dan mencariku, tolong katakan kepadanya aku merindukannya.. tapi maaf aku harus pergi. Titipkan salamku untuknya, kenanglah aku untuk selamanya ”, pesan yang terpending dan terkirim setelah satu hari meninggalnya.
***
Air mataku jatuh tak terbendung lagi, aku tak sanggup mendengarnya, kini aku menyadari aku memiliki sahabat terbaik melebihi apapun. Hari demi hari berlalu, hari ini tanggal 24 April 2013 tepat hari pertama ujian nasional. Aku sangat sedih karena teringat Lana. Seharusnya kursi ketiga barisan kedua itu diduduki lana, sekarang dikosongkan.
***

            Kini perasaan dalam diriku terasa hampa. Tiada lagi yang mampu membuatku tersenyum. Tiada lagi yang dapat membuatku menangis. Dia telah pergi, bukan untuk sebentar melainkan selamanya. Tidak akan pernah ada sosok seperti dirinya. Aku menyesal dan aku merasa diriku bukanlah sahabat yang baik untuk Lana. Dia pergi saja aku tidak mengetahuinya. Rasa hampa ini menusukku dan aku tidak mampu menahannya. Menangis tak terhankan juga percuma. Semua tidak akan pernah kembali seperti semula. Selamat jalan sahabatku, sampai kapanpun tidak akan aku melupakanmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar