23 Maret
Aku
sudah mengenalnya sejak lama, bahkan saat aku berusia tiga tahun kami sudah
bersama. Aku dan dia baru menjalani persahabatan yang benar-benar nyata setelah
kami duduk di bangku kelas tiga SD. Bersahabat itu sangat menyenangkan, serta menciptakan
kenangan yang indah. Di dalam persahabatan aku mendapatkan sesuatu hal yang
tidak mungkin aku dapatkan di pembelajaran sekolah.
***
Sahabatku
bernama Lana. Menurutku Lana adalah sosok seorang sahabat yang baik, perhatian
serta rajin. Lana sangat perhatian kepadaku, terkadang perhatian yang Lana
berikan kepadaku membuatku kesal. “ Memang sih aku orangnya ceroboh dan kurang
memperhatikan diriku sendiri ”, Tapi aku sangat bangga memiliki seseorang
sahabat seperti Lana yang perhatian kepadaku. Aku dan Lana bersekolah di
sekolah yang sama, bahkan dari kelas satu kami duduk sebangku. Hari-hari kami
selalu bersama, belajar bersama, main bersama, bahkan tidurpun kami sering
bersama.
***
01 Juli 2010, kami pulang dari
sekolah dengan baju telah dicoret-coret dan membawa selembar kertas yang
bertuliskan “ Aku lulus ”. sambil menuju jalan pulang, Aku dan Lana
berbincang-bincang membicarakan tentang sekolah selanjutnya. Aku dan Lana
sangat senang karena kami akan melanjutkan sekolah di sekolah yang kami impikan
dari dulu. Namun, semangat itu menghilang setelah ayahku berkata aku akan di
sekolahkan di sekolah yang jauh dari rumahku. Perkataan ayahku membuat aku
sangat sedih, karena bukan hanya berbeda
sekolah melainkan aku juga harus pindah rumah.
***
Kini aku sudah pindah rumah, hari
demi hari aku hidup tanpa seseorang teman pun. Biasanya aku selalu ceria, kini
aku seperti seseorang yang memiliki kekurangan. Ya aku kekurangan seorang
sahabat terbaikku. Aku dan Lana putus lost
contact dari seminggu setelah aku pindah. Hal itu membuatku sangat kecewa
kepada diriku sendiri.
***
Aku semakin rindu sama Lana, hari
ini aku berniat untuk bersilahturahmi ke rumah Lana. Sesampainya aku di depan
rumah Lana, aku melihat sesuatu yang mengganjal. Rumahnya kosong tak
berpenghuni, di dalam pikiranku mungkin
Lana dan keluarganya sedang berlibur. Akhirnya aku pulang dengan belum
terobatinya rasa kangen pada Lana. Dua minggu setelah hari itu, aku kembali
mendatangi rumah Lana. Masih sama seperti dua minggu yang lalu, Lana dan keluarganya
tidak terlihat di rumah itu.
***
Aku
akhirnya mencari tahu mengapa rumah mereka tidak berpenghuni. Aku mendapat
kabar dari Martin, temanku yang rumahnya tak jauh dari rumah Lana, bahwa Lana
dan keluarganya pindah sudah satu bulan yang lalu. Akhirnya kini aku
benar-benar lost contact sama Lana.
Kerinduanku padanya belum juga terbayarkan hingga kini.
***
Aku
tidak pernah menyerah untuk mencari kabar tentang Lana. Bulan demi bulan telah
berlalu, kerinduanku semakin bertambah. Empat bulan setelah itu aku sempat
mendapat kabar dari Martin, bahwa Lana pernah datang bersama keluargannya di
rumah lama mereka. Ternyata rumah Lana kini telah dijual kepada keluarga
Martin. Mendengar kabar itu, semangatku bangkit kembali untuk mencari tahu
keberadaan Lana.
***
Minggu 24 Maret 2013, aku mendapat
kabar buruk tentang Lana. Lana mengalami kecelakaan di halte sekolah SD kami
dulu. Aku tidak percaya tentang kabar itu, menurutku Martin berkata itu karena
kesal kepadaku yang selalu menanyakan
soal Lana kepadanya. Aku kemudian mencari nomor keluarganya yang bisa untuk di
hubungi. Akhirnya aku mendapatkan nomor telepon adik Lana setelah satu minggu
kabar duka itu berlalu.
***
“Halo..
ini Ramos ? “
“Iya
saya Ramos, ada apa ya kak ? ”
“Boleh
gak, kakak bicara sama Lana ? ”
“
Hem… kak… Lananya u..da gak ada kak ”, dengan nada sedih.
“
Kemana ? ”, dengan perasaanku yang belum percaya tentang kabar yang ku terima
dari Martin .
“
Kak Lananya.. Me.. me.. ninggal kak ”, dengan nada suara yang pelan.
“
Jadi itu semua benar ? Kapan hal duka itu terjadi? “, perasaanku berubah dengan
seketika menjadi lemah saat mendengar
jawaban Ramos, adik dari Lana. Telepon pun aku putuskan.
***
Aku mencari hari libur sekolah,
untuk menanyakan apa yang membuat Lana bisa pergi secepat itu. Akupun
mengunjungi rumah barunya dua hari setelah aku menelpon Ramos. Ternyata lana
meninggal ditabrak oleh pemuda yang mabuk halte. Ibu Lana menceritakan kepadaku
bahwa Lana sangat merindukanku. Lana sering kali mengajak ibunya untuk mencari
rumah baruku. Namun, karena kesibukannya, ibu Lana tak bisa mencari rumahku.
***
Lana
sempat sakit beberapa hari karena seharian penuh ia mencari alamat baruku. Hari
itu 24 Maret 2013 Lana menungguku di halte sekolah SD ku dulu. Sebelum Lana
pergi ia sempat meminta izin pada ibunya, bahwa ia bermimpi bertemuku dan aku
mengajak ia berjumpa di halte sekolah SD kami dulu. Lana kemudian pergi
menunggu ku di halte namun aku tidak kunjung datang. Lalu Lana mengirimkan
pesan singkat kepada ibunya “ Ma.. jika sahabatku datang dan mencariku, tolong
katakan kepadanya aku merindukannya.. tapi maaf aku harus pergi. Titipkan
salamku untuknya, kenanglah aku untuk selamanya ”, pesan yang terpending dan
terkirim setelah satu hari meninggalnya.
***
Air
mataku jatuh tak terbendung lagi, aku tak sanggup mendengarnya, kini aku
menyadari aku memiliki sahabat terbaik melebihi apapun. Hari demi hari berlalu,
hari ini tanggal 24 April 2013 tepat hari pertama ujian nasional. Aku sangat
sedih karena teringat Lana. Seharusnya kursi ketiga barisan kedua itu diduduki
lana, sekarang dikosongkan.
***
Kini perasaan dalam diriku terasa
hampa. Tiada lagi yang mampu membuatku tersenyum. Tiada lagi yang dapat
membuatku menangis. Dia telah pergi, bukan untuk sebentar melainkan selamanya.
Tidak akan pernah ada sosok seperti dirinya. Aku menyesal dan aku merasa diriku
bukanlah sahabat yang baik untuk Lana. Dia pergi saja aku tidak mengetahuinya.
Rasa hampa ini menusukku dan aku tidak mampu menahannya. Menangis tak terhankan
juga percuma. Semua tidak akan pernah kembali seperti semula. Selamat jalan
sahabatku, sampai kapanpun tidak akan aku melupakanmu.